Selasa, 12 Mei 2015

Cara Membudidayakan Daun Salam

Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Selamat pagi sahabat herbal mas Yudist. Pada postingan kali ini, mas yudist akan memberitahu cara membudidayakan daun salam. Alhamdulillah, kita sudah mengetahui sejarah daun salam dan jenis-jenis daun salam. Tapi, semua itu akan percuma jika kita tidak mengetahui cara membudidayakannya. Untuk mengetahuinya silahkan membaca postingan ini, dan tetaplah semangatkan budaya membaca.


Cara Membudidayakan Daun Salam
            Salam merupakan tanaman yang banyak tumbuh di daerah tropis khususnya di daerah Asia Tenggara. Tanaman salam biasanya sering kita jumpai liar dihutan dan kebun kita. Tanaman salam  biasanya tumbuh pada tanah dengan ketinggian 225-450 meter di atas permukaan laut dengan curah hujan 3.000-4000 m.
            Cara pembudidayaan tanaman salam sangat mudah, bisa dari biji, cangkok, atau stek. Setelah tumbuh, pohon ini tidak membutuhkan perawatan. Cukup sekali dipupuk dan disiram air. Pemupukan dilakukan dengan menambah pupuk kandang secukupnya pada saat penanaman. Untuk menambah daun, dilakukan penambahan pupuk NPK.
            Salam dapat tumbuh liar di hutan dan pegunungan, atau ditanam di pekarangan dan sekitar rumah. Tanaman ini daoat ditemukan dari dataran rendah sampai pegunungan dengan ketinggian 1.800 m dpi. Pohon bertajuk rimbun, tinggi mencapai 25 m, berakar tunggang, batang bulat, permukaannya licin, daun tunggal, letak berhadapan, dan bertangkai yang panjangnya 0,5-1 cm. Helaian daun bentuknya lonjong sampai elips atau bundar telur sungsang, ujujng meruncing, pangkal runcing, tepi rata, panjang 5-15 cm, lebar 3-8 cm, pertulangan menyirip, permukaan atas licin berwarna hijau tua, permukaan bawah warnanya hijau muda. Daun bila diremas berbau harum. Bunganya majemuk tersusun dalam malai yang keluar dari ujung ranting, warnanya putih, dan baunya harum. Buahnya buah buni, bulat, diameter 8-9 mm, warnanya bila muda hijau, setelah masak menjadi merah gelap, rasanya agak sepat, biji bulat, penampang sekitar 1 cm, warnanya coklat. Salam ditanam untuk diambil daunnya sebagai pelengkap bumbu dapur, kulit pohonnya dipakai sebagai bahan pewarna jala atau anyaman bambu.
            Bunga salam keci-kecil, berwarna putih kecokletan, tumbuh pada malai di ujung ranting. Buah salam berupa beri, bentuk, karakter, dan warananya, persis buah jamblang (juwet, duwet, Eugenia cuminii), hanya ukurannya yang berbeda. Buah jamblah berdiameter 2 cm, dengan panjang 1 cm. Buah salam sangat disukai burung hingga Dinas Pertamanan DKI Jakarta, memanfaatkannya sebagai elemen taman agar burung pemakan buah mau tinggal di taman tersebut. Tajuk salam kompak dan cukup rapat.
            Buah salam enak dimakan. Tetapi karena daging buahnya sangat tipis, buah ini tidak pernah dimanfaatkan secara ekonomis. Hingga setelah tua, buah yang tidak dimakan burung akan berjatuhan di bawah tajuk. Buah inilah yang bisa diambil untuk disemai. Biji salam mudah sekali tumbuh, hanya daya tumbuhnya akan langsung menurun dalam beberapa hari. Hingga idealnya, biji salam langsung disemai dalam pot koloni (kolektif), atau pada bedeng penyemaian. Medianya kompos atau humus, dicampur pasir.

            Semai tanaman salam tumbuh dengan lamban. Hingga umur satu tahun baru mencapai ketinggian sekitar 10 cm. Pertumbuhan pada tahun ke-2 dan ke-3 akan lebih pesat, hingga mencapai ketinggian sekitar 60 cm. Semaian tanaman salam baru bisa dipindahkan ke lapangan setelah mencapai ketinggian 1,5-2 m, yakni pada umur sekitar lima tahun sejak biji disemai. Pemindahan ke lapangan ketika tinggi tanaman masih di bawah 50 cm, akan beresiko tanaman mati pada musim kemarau. Tanaman salam tumbuh baik dari ketinggian 0m.dpl sampai 1.500 m.dpl.

0 komentar:

Posting Komentar