Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Selamat pagi sahabat herbal mas
Yudist. Pada postingan kali ini, mas yudist akan memberitahu cara
membudidayakan daun salam. Alhamdulillah, kita sudah mengetahui sejarah daun
salam dan jenis-jenis daun salam. Tapi, semua itu akan percuma jika kita tidak
mengetahui cara membudidayakannya. Untuk mengetahuinya silahkan membaca
postingan ini, dan tetaplah semangatkan budaya membaca.
Cara
Membudidayakan Daun Salam
Salam merupakan tanaman yang banyak
tumbuh di daerah tropis khususnya di daerah Asia Tenggara. Tanaman salam
biasanya sering kita jumpai liar dihutan dan kebun kita. Tanaman salam biasanya tumbuh pada tanah dengan ketinggian
225-450 meter di atas permukaan laut dengan curah hujan 3.000-4000 m.
Cara pembudidayaan tanaman salam
sangat mudah, bisa dari biji, cangkok, atau stek. Setelah tumbuh, pohon ini
tidak membutuhkan perawatan. Cukup sekali dipupuk dan disiram air. Pemupukan
dilakukan dengan menambah pupuk kandang secukupnya pada saat penanaman. Untuk
menambah daun, dilakukan penambahan pupuk NPK.
Salam dapat tumbuh liar di hutan dan
pegunungan, atau ditanam di pekarangan dan sekitar rumah. Tanaman ini daoat
ditemukan dari dataran rendah sampai pegunungan dengan ketinggian 1.800 m dpi.
Pohon bertajuk rimbun, tinggi mencapai 25 m, berakar tunggang, batang bulat,
permukaannya licin, daun tunggal, letak berhadapan, dan bertangkai yang
panjangnya 0,5-1 cm. Helaian daun bentuknya lonjong sampai elips atau bundar
telur sungsang, ujujng meruncing, pangkal runcing, tepi rata, panjang 5-15 cm,
lebar 3-8 cm, pertulangan menyirip, permukaan atas licin berwarna hijau tua,
permukaan bawah warnanya hijau muda. Daun bila diremas berbau harum. Bunganya
majemuk tersusun dalam malai yang keluar dari ujung ranting, warnanya putih,
dan baunya harum. Buahnya buah buni, bulat, diameter 8-9 mm, warnanya bila muda
hijau, setelah masak menjadi merah gelap, rasanya agak sepat, biji bulat,
penampang sekitar 1 cm, warnanya coklat. Salam ditanam untuk diambil daunnya
sebagai pelengkap bumbu dapur, kulit pohonnya dipakai sebagai bahan pewarna
jala atau anyaman bambu.
Bunga salam keci-kecil, berwarna
putih kecokletan, tumbuh pada malai di ujung ranting. Buah salam berupa beri,
bentuk, karakter, dan warananya, persis buah jamblang (juwet, duwet, Eugenia
cuminii), hanya ukurannya yang berbeda. Buah jamblah berdiameter 2 cm, dengan
panjang 1 cm. Buah salam sangat disukai burung hingga Dinas Pertamanan DKI
Jakarta, memanfaatkannya sebagai elemen taman agar burung pemakan buah mau
tinggal di taman tersebut. Tajuk salam kompak dan cukup rapat.
Buah salam enak dimakan. Tetapi
karena daging buahnya sangat tipis, buah ini tidak pernah dimanfaatkan secara
ekonomis. Hingga setelah tua, buah yang tidak dimakan burung akan berjatuhan di
bawah tajuk. Buah inilah yang bisa diambil untuk disemai. Biji salam mudah
sekali tumbuh, hanya daya tumbuhnya akan langsung menurun dalam beberapa hari.
Hingga idealnya, biji salam langsung disemai dalam pot koloni (kolektif), atau
pada bedeng penyemaian. Medianya kompos atau humus, dicampur pasir.
Semai tanaman salam tumbuh dengan
lamban. Hingga umur satu tahun baru mencapai ketinggian sekitar 10 cm.
Pertumbuhan pada tahun ke-2 dan ke-3 akan lebih pesat, hingga mencapai
ketinggian sekitar 60 cm. Semaian tanaman salam baru bisa dipindahkan ke
lapangan setelah mencapai ketinggian 1,5-2 m, yakni pada umur sekitar lima
tahun sejak biji disemai. Pemindahan ke lapangan ketika tinggi tanaman masih di
bawah 50 cm, akan beresiko tanaman mati pada musim kemarau. Tanaman salam
tumbuh baik dari ketinggian 0m.dpl sampai 1.500 m.dpl.
0 komentar:
Posting Komentar